Sumber gambar, AFP

Model jilbab yang dirasakan sesuai hukum Islam (syariah) oleh sebagian pengikut Islam ini mulai hadir tahun kemudian hamoir bersamaan dengan merebaknya jilbab ketat yang sempat memunculkan kontroversi.
Sebutan jilbab dengan embel-embel syar’i atau lazim disingkat jilbab syar’i belakangan menjadi trend dan disukai oleh sebagian wanita Muslim di Indonesia.
Model jilbab yang dirasakan sesuai hukum Islam (syariah) oleh sebagian pengikut Islam ini diadukan mulai hadir tahun kemudian di tengah merebaknya jilbab ketat yang sempat memunculkan kontroversi.
Dan di mula Ramadan tahun ini, trend kehadiran jilbab atau kerudung syariah tersebut terlihat begitu gampang kelihatan di sentra penjualan busana muslim terbesar di Asia Tenggara, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sebagian empunya toko busana muslimah di pusat grosir tersebut seperti bersaing memajang misal jilbab syar’i di sudut yang strategis, dengan asa memancing calon pembeli guna datang.
Model jilbab syar’i dipercayai mulai hadir tahun kemudian dan berkembang pesat saat menginjak Ramadhan tahun ini.
Salah-satunya ialah Toko Alfajari kepunyaan pria mempunyai nama Ifrel yang terletak di unsur dua lantai dua Blok B. Trend baju atau jilbab syar’i, menurutnya, hadir sejak satu tahun silam.
“Jilbab syar’i ini bentuknya lebih panjang, bajunya lebih dalam, jadi bisa menutupi pantat,” ungkap Ifrel ketika saya tanya dalil kemunculan istilah jilbab syar’i yang mesti menutupi aurat.
Ketika saya jamah, jenis kain guna bahan jilbab tersebut terasa halus dan dingin. “Kainnya kebanyakan digunakan (jenis) yersi dan haikon, sebab lebih adem.”
Biasanya jilbab ini lantas dipadu baju lengan panjang sampai mata kaki atau biasa dinamakan baju syar’i.
Jika diperhatikan, penutup kepala model ini tampak sederhana, tidak berlapis-lapis -serupa dengan anjuran dari kalangan pemuka Islam yang mempercayai bahwa setiap wanita dewasa mesti mengenakan penutup kepala yang simple, cantik namun tetap syar’i.
Apabila dirunut, mula mula kemunculan istilah jilbab model ini nyaris berbarengan saat ada trend jilbab ketat yang sempat menjadi perdebatan pada tahun lalu.

Kemunculan trend baru jilbab syar’i tidak terlepas dari himbauan semua pemuka Islam yang meminta model jilbab tidak “menjauhi” apa yang dinamakan Hukum Islam.
Di sinilah, muncul sokongan kepada model jilbab yang dirasakan sesuai aturan hukum Islam, disusul kampanye besar-besaran di media sosial dengan memperlihatkan seorang artis familiar yang mengenakan jilbab laksana yang diharapkan.
“Model jilbab syar’i tersebut sebetulnya sama. Diputar ulang. Kayak (jilbab) syar’i tersebut kan serupa model zaman dulu,” kata lelaki pengelola suatu toko busana Muslim di Blok B Tanah Abang, yang tidak inginkan disebut namanya.
“Sebelum Islam terdapat di sinilah (di Indonesia),” katanya separuh menganalisa mengenai model jilbab Syar’i tersebut, merujuk distrik di Timur Tengah, lokasi kelahiran doktrin Islam.
Tapi, seperti melulu Ifrel, toko lokasi bekerja pria tersebut juga menjajakan jilbab atau baju syar’i. “Toko kota pun ngikutin trend tahun 2015, misalnya baju syar’i…”
Walaupun modelnya dirasakan ketinggalan zaman, tetapi sebab kehadiran baju syar’i tersebut kini menjadi trend, menciptakan pengusaha baju muslim mesti pandai-pandai menyimak “situasi”.
Pengusaha laksana Ifrel, atau lelaki yang tidak mau dilafalkan namanya itu, yang telah malang-melintang di belantara busana muslim di Pasar Tanah Abang, menyadari betul gejala seperti itu.
Mereka mempercayai trend seperti tersebut akan dilangsungkan paling tidak hingga menjelang akhir Ramadan nanti. Dan, mau-tidak-mau, mereka harus “menghamba” padanya.
Pedagang busana muslim, Ifrel, dengan koleksi baju syar’i miliknya di Pasar Tanah Abang, Jakarta.
“Orang tidak dapat membikin model baru. Saat-saat model baru ini ‘kan di bulan Januari, Februari. Di situlah dibuat model (baju) syar’i baru. Sekarang kita bermukim berpacu produksi,” ungkap Ifrel.
“Sekarang anda tidak dapat memikirkan model baru, sebab pasar telah ramai. Paling kita kini lari di motif,” tambah Ifrel yang menyatakan omzetnya menjangkau Rp1,5 miliar pada bulan lalu.
Dan deviden yang masuk ke kantong Ifrel dan Atep sesudah trend hijab syar’i ini merebak, jelas ikut terdongkrak.

Pertanyaannya kemudian, siapakah pangsa pasar terbesar dari kehadiran jilbab syar’i?
Pertanyaannya kemudian, siapakah pangsa pasar terbesar dari kehadiran jilbab syar’i? “Ibu-ibu pengajian,” ungkap Ifrel, bersemangat.
“Ibu-ibu pengajian,” ungkap Ifrel, bersemangat. “Sekarang ‘kan sedang ngetrend ibu-ibu pengajian, kayak di televisi.”
Apabila menyaksikan modelnya dipadu dengan rok panjang hingga mata kaki, jilbab dan baju model ini memang lebih sesuai untuk wanita dewasa.
Dia membayangkan, konsumen pemakai jilbab dan baju ini ialah kelompok ibu-ibu yang memesan dalam jumlah banyak. “Saya memburu seragam. Misalnya terdapat yang pesan 100 pasang, saya siap mengerjakan,” ujarnya.
Pada bulan lalu, Ifrel tidak jarang mendapatkan pesanan dalam jumlah tidak sedikit –partai, begitu istilahnya. Kebanyakan mereka ialah warga luar Jawa asal Kalimantan, Sumatera atau Sulawesi. “Mereka memasarkan lagi di daerahnya,” kata Ifrel.
Tapi, saat menginjak Ramadan, “agak berkurang, sebab mereka banyak sekali warga Jakarta dan sekitarnya. Mereka beli eceren guna lebaran.”
Bagaimanapun, tidak seluruh konsumen tertarik dengan jilbab atau baju syari’. Alasannya dapat macam-macam, dan salah-satunya ialah kepraktisan –di samping harga, pasti saja.
“Ya sih, kini sedang trend baju atau jilbab syar’i. Kita tahu itu. Cuma kalau diajak memilih, saya suka yang langsung begini,” kata seorang ibu separuh baya, sambil memegang jilbab yang menempel di kepalanya.
Sumber gambar, AFP
Sebagian muslimah memilih model jilbab yang sederhana dan tidak menganggu aktivitasnya.
“Enak yang praktis,” kata ibu di sebelahnya.
“Kalau yang syar’i nggak dapat memakainya..ha-ha-ha… “tambah ibu ketiga.
Ditanya apakah soal harga pun menjadi ukuran, mereka bertiga mengiyakan. “Iyalah…”
Di suatu toko busana muslim, harga jilbab yang laksana dikenakan ibu-ibu ini melulu sekitar Rp10 ribu.
Di sudut beda Pasar Tanah Abang, saya bertemu dengan empunya sejumlah figur busana muslim yang menawarkan model jilbab berbeda.
Mereka mengaku, beberapa konsumen masih menyenangi model lama karena dirasakan lebih simpel. “Kami tidak sedikit menjual jilbab dengan model rampel L,” kata Ulfa, pegawai suatu toko busana muslim berukuran kecil.
Pemilik figur Putra Sulung, yang tidak inginkan disebut namanya, sengaja memasarkan jilbab yang disebutnya disukai oleh anak muda.
Sumber gambar, Getty
Kebanyakan pebisnis busana muslim di Pasar Tanah Abang paling peduli bakal motif, dekorasi serta warna, atau dengan kata beda kadar seni dari barang jualannya.
“Trendnya tersebut Jilbab segi empat dan panjang. Umumnya anak-anak remaja suka yang model begitu, dengan motif yang banyak,” kata ibu tersebut.
Seperti Ifrel atau Ulfa, banyak sekali pebisnis busana muslim di Pasar Tanah Abang paling peduli bakal motif, hiasan, serta warna, atau dengan kata beda kadar seni dari barang jualannya.
Dengan kata lain, walaupun terdapat tuntutan supaya modelnya tidak “menjauhi” syari’ah, semua pengusaha ini paling menyadari kehadiran seni dalam busana yang mereka tawarkan untuk pembeli.
Model Muslim Gamis Remaja – Model Muslim Gamis Remaja