Dream -Di hari keduanya, nyaris semua pagelaran busana dipenuhi oleh desainer hijab. Fashion show dimulai oleh karya dari Nita Puspitasari dengan labelnya ‘Chimod’ yang menerbitkan koleksi serba putih.
Nita memakai material katun, tulle, dan lace guna 30 koleksi terbarunya ini. Koleksi bertajuk ‘Pleasantly Perfect’ ini lebih tidak sedikit bermain di layering serta ekstra cape.
Kemudian dilanjutkan dengan penampilan karya dari empat desainer busana muslim di bawah naungan Asosiasi Perancang Pengusaha Indonesia (APPMI). Keempat desainer itu ialah Merry Pramono dengan labelnya Si.Se.Sa, Nieta Hidayani, Tuty Adib, dan Nuniek Mawardi.
Mereka tampil selaras dalam satu pagelaran busana yang bertemakan ‘Caravan sary’. ” Kali ini saya membawa tema Dwipa yang terinspirasi dari bunga tulip sebab kecantikan warnanya,” kata Merry.
Dilanjutkan dengan Nieta Hidayani memperlihatkan tujuh koleksi dengan tema ‘Lunede Feu’ bermain dengan material songket dan taffeta yang disulap menjadi blazer dan vest. Ada pula dress satin dipadukan dengan outerwear berukuran besar bernuansa merah, oranye dan merah muda.
Berbeda dengan kedua rekannya yang memperlihatkan koleksi busana yang lebih berwarna, Tuty Adib yang mengangkat tema Kinasih dalam fashion show-nya melulu menggunakan warna hitam, putih, dan shocking pink. Potongan jaket asimetris, cropped jacket, cropped top mullet mengecat koleksinya.
Beberapa koleksinya ia lengkapi dengan tas jinjing. Beberapa bahan yang dipakai pada koleksi Tuty di antaranya, batik sekar jagad, batik parang, batik kawung, tenun lurik, linen, katun dan taffeta.
Koleksi busananya kali ini mengambil ilham dari beskap dan draperi busana dodot pengantin, lipatan, serta ilham detail kebaya yang menggambarkan kemuliaan dan keeleganan.
Nuniek Mawardi tampil sebagai penutup susunan show dengan membawakan 17 koleksi busananya bertajuk Future Caravansary. Kali ini, Nuniek memilih warna-warna lembut yang dipadukan dengan hitam, emas, dan oranye.
Sentuhan aksesori rajutan menyempurnakan penampilan hijabnya. Tak melulu itu ia pun menggunakan sejumlah cape yang dilengkapi dengan kapucong guna gaya berhijab. Bahan sheer dan sejumlah detail kain tempel pada bahan dasar busana pun tak luput dari perhatian Nuniek.
Setelah rehat sejumlah jam, pagelaran busana muslim pulang digelar. Sekitar 12 desainer yang tergabung dalam Muse tampil dengan membawakan tema The Waling Mannequin. Keduabelas desainer
tersebut yakni House Of Nabilla, Kaimma Malabis, Kara Indonesia,
Maima Indonesia, Missmarina, Monel, Nadjani, Novierock, Rani Hatta, Simply Mii, Temiko dan Vivi Zubaedi. Semua desainer memperlihatkan desain ready to wear sebagai penunjang penampilan sehari-hari. Missmarina membawakan selama 10 koleksi bertajuk Shibui yang terinspirasi dari karya arsitektur tadao ando.
Mengusung nuansa abu-abu, cokelar maroon, karya Missmarina begitu sederhana menghadirkan keindahan alam. Berdasarkan keterangan dari sang desainer Dian koleksinya ini diinginkan dapat menerbitkan inner beauty yang mengenakannya.
Sementara Temiko muncul dengan 15 tampilan bertema ‘stronger’. Koleksi Temiko memperlihatkan warna-warna bold dengan koleksi blazer, jubah serta coat yang sesuai untuk perempuan aktif dan dinamis.
Setelah 12 desainer berlalu membawakan koleksinya, sekarang saatnya Bezaya Group tampil memperagakan busana teranyar dari tiga label yang tergabung didalamnya.
Dauky, Elzatta dan Aira muncul dengan mengangkat tema ‘Nostalgic Journey’. Sekitar 60 koleksi diperlihatkan ketiga brand yang mempunyai karakter berbeda. Keseluruhan tampil bergaya simpel, guna Elzatta lebih menitikberatkan pada hijabnya yang mengaplikasikan songket dan keragaman kebiasaan Indonesia lainnya.
Sementara Dauky lebih maksimal tampil secara keseluruhannya dan Aira memperlihatkan koleksi busana pengantin yang syar’i. Tahun ini Bezaya Group tampil bertolak belakang dengan memperlihatkan Elzatta eksklusif pria. (Ism)
Model Gamis Polos Kombinasi Songket – Model Gamis Polos Kombinasi Songket