Itang Yunasz, Ivan Gunawan dan sederet desainer lelaki papan atas di tanahair memperlihatkan bahwa dunia fashion yang erat kaitannya dengan kaumhawa ternyata juga dapat dikerjakan kaum adam dengan hasil yangmengagumkan. Ya, semua desainer lelaki ini tidak melulu mendesain jenisfashion untuk keperluan pria bahkan ingin lebih mahir melahirkankreativitas fashion yang bakal dikenakan wanita seperti baju kebayamaupun gamis dan hijab.
Bagi beberapa kaum pria, kegiatan yang sehubungan dengan fashion ini dirasakan kurang unik dan lazim dirasakan kurang macho sampai-sampai tak tidak sedikit yang punya minat menekuninya. Namun, Mahyudin Batubara, yang sekarang lebih tenar dengan sebutan Bara, cocok dengan brand fashion miliknya “Bara Kebaya” malah melihat ini sebagai kesempatan untuk menjadi lahan nafkah. Sejak masih sekolah di SMK 1 Kisaran, Bara menyimpulkan mengikuti kursus menjahit di kota tersebut.
“Saya suka dengan kerajinan tangan, dan bidang seni. Terus cerah tidak terdapat bakat turunan. Awalnya melulu upaya saya terbit dari kesusahan, berjuang supaya bisa terus sekolah tanpa memberi beban pada orang tua,” kisah Bara mengenai keahliannya menjahit dan mendesain baju kebaya yang sekarang membuatnya menjadi desainer kebaya yang telah punya nama baik di tingkat nasional maupun di lokal Kota Medan.
Usai menuntaskan sekolah ia merantau ke Medan dan akhirnya menyimpulkan merantau ke Jakarta untuk menggali peruntungan yang lebih baik. Sempat menjadi asisten penjahit ternama di Jakarta, ia juga memberanikan diri membuka usaha sendiri yang lantas dengan jerih payah dan kerja kerasnya membuahkan sukses. Setelah berhasil di ibukota, semenjak 2 tahun belakangan Bara menyimpulkan membuka outlet kebaya di Jalan Kasuari, Medan yang kini pun telah memiliki pangsa pasar sendiri.
Pelanggannya datang dari kalangan menengah ke atas yang pasti saja lebih mengedepankan kualitas. Saat ini Bara ditolong oleh 40 orang karyawannya baik di bidang buatan maupun pemasaran. Desain kebaya, bahan, maupun aplikasinya laksana payet/mote dan bordir pun bustier seringkali Bara diskusikan bareng pelanggannya hendak seperti apa. Bara pun menerima andai pelanggannya telah menyiapkan bahan sendiri dan pun bahkan modelnya. Bara seringkali menerapkan harga jahitnya tergantung bahan, dan model kebaya. Jika bahan dengan kualitas bagus dan model yang rumit harga yang dikenakan dapat mencapai Rp 15 juta per baju. Kini minimal omzet yang diperolah Bara masing-masing bulannya menjangkau Rp 250 juta.
“Untuk pesanan kebaya biasa saya menggarap satu asisten di sini yang bertugas guna mengukur dan memutuskan desain yang diharapkan pelanggan. Sedang saya turun tangan langsung untuk penciptaan kebaya pernikahan saja. Semua bahan dan proses pengerjaan saya kerjakan di Jakarta,” jelas Bara.
Biasanya harga yang diterapkan guna 1 baju pengantin mulai dari Rp 7,5 juta. Sedangkan guna baju kebaya biasa harganya mulai Rp 1,5 juta. Bagaimana sukses, lelaki asal Asahan ini membina brand “Bara Kebaya” menjadi berhasil seperti ketika ini? Selengkapnya di rubrik Entrepreneur halaman 3. (wina vahluvi)
Desainer Gamis Terkenal Yang Bagus – Desainer Gamis Terkenal Yang Bagus