Ketika masalah Islam radikal dan pelarangan ideologi negara khilafah menjadi pembicaraan untuk high-politics intelektuil di Indonesia, marilah anda menengok kehidupan keseharian untuk menyaksikan penetrasi keislaman yang bersemi di tataran sosial-budaya hari ini dibuka dari pembicaraan ibu-ibu lokasi tinggal tangga dan bagaimana industri hiburan menjadi motor penggerak untuk perkembangan wacana keislaman di sekian banyak lapisan masyarakat.

Hal yang paling gampang terlihat ialah maraknya pemakaian jilbab mulai dari distrik suburban sampai pedesaan. Coba bandingkan lima tahun lalu, nampaknya tidak tidak sedikit perempuan memakai jilbab, terutama semua artis ibukota yang dapat dilihat di televisi. Namun kini iklan sampoo khusus wanita berhijab sepertinya dapat menangkap trend perempuan-perempuan Indonesia yang menyimpulkan untuk memblokir rambutnya dengan kain sebagai tampilan sehari-hari. Tulisan ini tidak akan membalas bagaimana urusan tersebut dapat terjadi tetapi mencoba mendalami gerak kebiasaan populer dan keislaman dengan analisis teknologi dan gender.
Penulis: Nadya Karima Melati
Kepopuleran Instagram sebagai sarana iiburan
Saya tidak dapat melewatkan satu hari tanpa menyaksikan Instagram saya. Saya mempunyai akun instagram atas nama @Nadyazura semenjak tahun 2013 dan sampai kini masih aktif saya gunakan. Selayaknya insan yang tumbuh, instagram pun terus memperbaharui dirinya tidak sebatas pada tampilan tapi pun fitur-fiturnya menyesuaikan dengan teknologi ponsel teranyar.
Pesatnya pemakaian internet pun mengganti pola komunikasi masyarakat Indonesia dari menyaksikan televisi dan menyimak majalah/koran cetak menjadi digital seperti tulisan atau video online, baik streaming ataupun download. Fungsi televisi yang dulu tidak jarang kali dituduh sebagai sarana hiburan tunggal di dalam lokasi tinggal tangga mulai digantikan dengan ponsel dengan fitur instagram dan facebook yang lebih real time dan membina interaksi dua arah antara komunikan dan komunikator.
Jika dulu perlu menyalakan televisi masing-masing pukul 12.00 siang untuk menyaksikan berita teraktual artis ibukota dalam tayangan Silet, Insert, Kabar-kabari, Kiss atau Check and Recheck sekarang dengan mem-follow akun Instagram artis kesayangan, pemakai dapat lebih dekat dengan idolanya dengan memahami secara langsung tanpa perlu perantara infotaiment. Walau begitu terdapat pula akun eksklusif gosip dengan sekian banyak segmentasi yang meluangkan wrap atau intepretasi dari postingan-postingan terkini semua artis ibukota. Lambe Turah ialah yang sangat populer salah satu akun-akun gosip yang lain. Bahkan, eksistensi Lambe Turah dirasakan Wiki Leaks versi lokal sebab sama-sama menyiarkan gosip underground dari semua public figures.
Tahun 2016, saat para model ini melenggak-lenggok di New York Fashion Week (Spring/Summer 2017) – ajang pagelaran busana internasional – seorang wanita Indonesia ukir sejarah baru di bidang fesyen dunia. Semua peraga busana mengenakan hijab.
Untuk kesatukalinya borongan koleksi New York Fashion Week terdiri dari sekian banyak macam busana khas Muslim dengan nuansa Indonesia
Terbuat dari bahan sutera, chiffon dan brokat, dengan warna-warni pastel, desain busana-busana ini mengundang pujian.
Rangkaian koleksi busana di atas runway ini terdiri dari 38 koleksi siap gunakan dan 10 gaun malam nan mewah, yang bersematkan payet, mutiara, serta aneka rumit bordir.
Perancangnya, wanita Indonesia mempunyai nama Anniesa Hasibuan, yang sekarang terjerat permasalahan hukum sangkaan penipuan.
48 set busana dalam pesta rakyat fesyen 2016 di New York ini bertema D’Jakarta. Inspirasinya ialah keberagaman kebiasaan yang berbaur di ibukota Indonesia.
Laura Muljadi ikut tampil dalam koleksi karya desainer Anniesa Hasibuan dalam New York Fashion Week Laura menjadi satu-satunya model dari Indonesia yang membawakan busana rancangan Anniesa Hasibuan di ajang ini. Laura pun mendapat kebesaran membawakan karya terbaik Anniesa.
Di akun instagram Anniesa menulis: ”Semua hal perlu proses, tiada pencapaian tanpa proses.”
Anniesa mengawali debutnya tahun 2015 ketika memamerkan koleksinya di London, Inggris, lantas desainnya menculik perhatian di Jakarta Fashion Week dan Istanbul Modest Fashion Week. Akhirnya ia tampil di New York Fashion Week.
“Saya hendak mengharumkan nama Indonesia di panggung fesyen dunia, dan mengenalkan pada dunia, keberagaman negara kita,” ujar Anniesa ketika itu.
Penulis: ap/vlz (berbagai sumber)
Hal yang unik dari menyimak akun-akun artis di Instagram ialah bagaimana mereka memuat caption ataupun postingan-postingan sebagaimana dia hendak menciptakan dirinya. Nampang, istilahnya. Nampang ialah melakukan pekerjaan yang tidak butuh secara substansial akan namun perlu secara sosial, dan ini yang dilaksanakan para artis. Penjelasan Risa Permanadeli tentang kebiasaan masyarakat Jawa dalam bukunya Dadi Wong Wadon saya pinjam guna menganalisis kegiatan ini. Bahwa nampang dengan menunjukan barang branded ataupun jalan-jalan ke Arab atau Eropa menunjukan bahwa konsumsi diperlakukan sebagai perangkat komunikasi yang menciptakan masyarakat melihat keterampilan masing-masing orang. Simbol-simbol yang dikenakan semua artis memiliki makna sosial yang mengupayakan menjelaskan posisi mereka, membedakannya dengan masyarakat biasa.
Kita tahu kehidupan semua artis seringkali identik dengan kehidupan mewah dan eksklusif, tidak terdapat yang hilang dengan kesan tersebut tetapi ada urusan simbolis beda yang dibeikan yaitu kesalehan beragama. Tidak jarang dagangan konsumsi tersebut berbentuk pakaian Muslimah guna dikenakan keseharian ataupun pergi umroh dan haji. Penggunaan ekspresi ucapan-ucapan Islami seperti, “Bismillah” atau “Alhamdulilah” yang dilaksanakan sebagai pelengkap atau pada permasalahan yang lebih ekstrem, mereka terafiliasi dengan organisasi keislaman tertentu dan kesudahannya berkat kepopulerannya menjadi juru bicara untuk organisasinya laksana yang dilaksanakan oleh Peggy Melati Sukma.
Data Thomson Reuters dalam State of the Global Islamic Economy 2015 mengindikasikan nilai melakukan pembelian barang yang dikeluarkan masyarakat untuk melakukan pembelian barang busana (termasuk sepatu) Muslim lumayan fantastis: yaitu sekitar 230 milyar dollar AS pada tahun 2014. Atau, selama 11 persen dari total melakukan pembelian barang busana penduduk dunia, dengan perkembangan rata-rata sebesar 3,8 persen per tahun.
Berdasarkan data tahun 2014, negara dengan tingkat konsumsi pakaian Muslim tertinggi merupakan: Turki (US$25 milyar), Uni Emirat Arab (US$ 18 milyar), Nigeria (US$15 milyar), Arab Saudi (US$14,7 milyar) dan Indonesia ($US 12,7 milyar).
Cina menduduki posisi utama sebagai negara pengekspor terbesar ke negara-negara anggota OKI(Organisasi Negara Islam) yaitu sebesar US$ 28,7 juta. Disusul India (US$3,87 juta) dan Turki (US$2,3 juta).

Jelang Ramadhan 2016, semua desainer sudah bersaing menampilkan karya-karya busana Muslim terbarunya. Di antaranya lewat ajang Muslim Fashion Festival Indonesia (MUFFEST) yang dilangsungkan di Jakarta.
Sekitar 200 desainer, tergolong perancang dari 40 dari usaha kecil menengah ikut ambil unsur dari ajang Muslim Fashion Festival Indonesia (MUFFEST) ini. Tema MUFFEST 2016 ialah #ScreenshotTheLooks.
Bukan melulu perancang busana Muslim dari tanah air yang tampil dalam MUFFEST 2016, melainkan pun para desainer dari negara-negara lain laksana Turki, Italia, Rusia, Malaysia dan Bangladesh.
Panita ajang fashion show busana Muslim mengatakan, MUFFEST 2016 menitikberatkan pada kerinduan akan produk lokal, kepedulian sosial dan lingkungan hidup. Para desainer Indonesia yang tampil di antaranya Norma Hauri, Monika Jufry, Najua Yanti dan Itang Yunasz.
Pemerintah berharap, ajang MUFFEST 2016 diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk dunia fashion Indonesia guna meluaskan pasar ke tatanan internasional dan dalam jangka panjang sebagai pusat mode busana Muslim dunia. Pemerintah mempermaklumkan Indonesia sebagai pusat mode Muslim di tingkat Asia pada 2018 dan tingkat dunia pada 2020.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti menyatakan, kinerja ekspor busana Muslim pada 2014 nilainya menjangkau US$ 4,63 miliar, naik 2,3 % dikomparasikan tahun sebelumnya. Sempat turun tipis tahun kemudian menjadi US$ 4,57 miliar. Namun pada Januari kemarin pulang naik 2,13% dikomparasikan dengan periode yang sama tahun lalu.
Negara-negara yang menjadi destinasi ekspor produk busana Muslim Indonesia ialah Amerika Serikat, Kanada,, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, Australia,Uni Emirat Arab, Belgia, dan Cina.
Penulis: ap/as (berbagai sumber)
Keislaman sebagai ekspresi kebiasaan pop
Tapi ke mana arah keislaman ini? Dalam riset yang saya kerjakan pada akhir tahun 2016 di Depok, saya mewawancarai sejumlah perempuan di umur remaja, dewasa dan tua yang menyimpulkan untuk memakai jilbab. Mereka menyatakan mereka memakai jilbab dengan dalil keinginan sendiri dan penyampaian lingkungan. Paparan lingkungan dicurigai oleh saya sebagai dalil yang sangat besar. Dalam di antara wawancara saya dengan narasumber, yang dikelilingi oleh teman-temannya yang pun berjilbab, narasumber mengaku bahwa mereka mendoakan di antara temannya sebagai satu-satunya wanita yang ‘belum hijrah’ memakai jilbab.
Bagaimana andai analisis panjang itu ditarik ke ranah sehari-hari? Hampir 90 % responden saya yang ‘baru’ mengenakan jilbab tidak terafiliasi dengan organisasi Islam manapun. Oleh karena tersebut saya mengambil benang merah bahwa keislaman yang terjadi melulu sebatas kebiasaan populer. Keislaman lebih disponsori oleh industri yang mengkomodifikasi Islam sebagai kebiasaan populer dan dikonsumsi oleh lokasi tinggal tangga dan artis Instagram sebagai agennya. Identitas Islam dipakai sebagai pembeda terutama secara moral, tersebut sebabnya wacana keislaman kebiasaan populer terbatas pada wacana moral dan menekankan sesuatu yang sifatnya simbol laksana jilbab, menikah muda dan family sakinah atau pemakaian istilah-istilah Islam.
Mengenakan busana Muslimah, tidak menjadi penghalang untuk kelompok band muda ini untuk memburu impiannya menjadi musisi heavy metal. Sejumlah pesta rakyat mereka jajaki. Ketiganya dengan cepat memesona semua penggemarnya guna bergoyang dan ‘headbanging’ di depan panggung.
Mereka menamakan diri sebagai band “Voice of Baceprot” VoB atau bila ditafsirkan dalam bahasa Sunda: suara cerewet atau berisik. Dibentuk tahun 2014 di Garut, anggota band remaja ini dulunya dipertemukan di sekolah. Anggota band ini: Firda Kurnia (gitaris dan vokalis), Widi Rahmawati (bassist) dan Euis Siti Aisyah (drummer).
Band ini terbentuk dari sebuah pekerjaan ekstrakurikuler di Madrasah Tsanawiyah Al-Baqiyatussholihat Banjarwangi. Band yang beranggotakan hijaber berusia belasan tahun ini sejumlah kali menjuarai sejumlah kompetisi musik lokal. Mereka mendefinisikan band mereka sebagai band pelajar wanita yang mengupayakan menyuarakan kecemasan hati bakal dunia remaja yang makin hari makin kehilangan warnanya.
Mereka memakai musik guna memerangi stereotipe wanita sebagai orang yang patuh atau tidak bersuara. Salah satu anggota band, gitaris dan penyanyi, Firdda Kurnia menuliskan: “Saya pikir kesetaraan gender mesti didukung, sebab saya merasa mesti mengeksplorasi kreativitas saya, sedangkan pada ketika bersamaan tidak mengurangi keharusan saya sebagai seorang wanita Muslim.”
Euis Siti Aisyah bertindak menggebuk drum. Berdasarkan keterangan dari para hijaber ini, genre musik heavy metal dapat mewakili mereka bertiga dalam berekspresi. Awalnya mereka sempat memainkan lagu-lagu tren. Namun, sesudah mengenal genre musik hip metal funky laksana yang dimainkan Rage Against The Machine, Linkin Park, System of a Down, mereka jatuh cinta pada genre musik metal.
Inilah penampilan semua musisi metal hijaber ini di atas panggung. Di samping memainkan musik band-band nge-top laksana Metallica dan Slipknot, band ini membawakan lagu mereka sendiri mengenai sekian banyak isu, laksana soal edukasi di Indonesia. Lagu ‘The Enemy of Earth is You’ bercerita mengenai orang-orang yang mencitrakan diri baik namun sebenarnya ialah musuh dan penghancur bumi atau lingkungan.
Tubuh wanita sebagai arena pertarungan wacana
Dalam dunia marketing dikenal tiga kelompok target pasar yang sangat potensial untuk diincar yakni anak muda, wanita dan netizen. Dengan berubahnya pola hiburan yang semula melulu bergantung pada televisi sekarang dilengkapi oleh sosial media mempunyai nama instagram. Sebanyak 63 juta orang pemakai internet dan 22 juta orang mempunyai akun instagram. Dengan bertambahnya tren Islami menikah muda di bawah umur 25 tahun dan ini memunculkan implikasi lain, berubahnya kedudukan anak muda (kini media senang melabelkannya sebagai millenials) menjadi ibu muda. Dan mereka tidak jarang kali tertarik pada hiburan di televisi dan instagram. Maka, lengkaplah ketiga label tersebut: ibu muda netizen.
Ibu muda netizen ini akrab dengan internet dan wacana di dalamnya. Wajar saja bilamana pada demo 212 kemarin tidak sedikit ibu-ibu yang ikut serta walaupun tidak sepenuhnya setuju dengan vonis mati guna penista agama laksana yang diteriakan FPI selaku event organizer. Informasi disebarkan tidak melewati iklan televisi tetapi media lain yaitu Instagram dengan poster-poster unik mata dan pesan berantai Whatsapp.
Sedangkan tubuh perempuan ialah penampakan nyata pertarungan wacana politik. Bukan pada opini di media massa namun bagaimana tubuh wanita mengartikulasikan wacana tersebut. Tubuh wanita lahan nyata guna menilai dan mengintepretasi wacana politik yang sedang berlaku. Sejarah membuktikannya bahkan sebelum Indonesia berdiri sebagai suatu negara.
Ketika ‘modernisasi’ melewati kolonialisme dan penyebaran agama Islam memandang payudara sebagai unsur yang mesti diblokir untuk menjadi modern, kelaziman bertelanjang dada mulai tergerus dan diganti dengan kemben dan kebaya. Ketika Indonesia berdiri dan di bawah dominasi Soeharto, kebaya dan sanggul dijadikan pakaian kebangsaan sah dan menjadi saksi kebiasaan Jawa mendominasi kebudayaan Indonesia lain. Belum lagi akibat revolusi Iran tahun 1974 yang mulai menggeser kudung menjadi jilbab yang memblokir bagian leher dan telinga dan kini, peneterasi keislaman yang semakin keras membalut tubuh-tubuh wanita sebagai distrik utama yang terdampak.

Kerudung dikenakan menutupi rambutnya yang dipirang, sedangkan chador dikenakan menyelimuti pakain gaya barat. Perempuan Iran ini bersiap terbit rumah. Kecantikan di Iran menyelaraskan tradisi dan modernitas. Ini terkena dalam jepretan fotografer Samaneh Khosravi. Banyak wanita Iran meniru tampilan aktris Hollywood yang mereka amati via internet atau televisi satelit.
Sejak Revolusi Islam pada tahun 1979, wanita di Iran mesti menutupi rambut dan tubuhnya di muka publik. Perempuan muda melonggarkan aturan itu, misalnya menggunakan jilbab, tetapi sebagian rambut bisa terlihat. Tampak dalam foto, kumpulan perempuan muda yang sedang berjalan bareng di Tochal, suatu gunung di unsur utara Teheran.
Kaum agamis di Iran mengartikan aturan ketat tata teknik berpakaian, dimana wanita harus berhijab. Menutup wajah tak diwajibkan. Dahulu, dari tahun 1936 hingga 1941, raja Reza Shah Pahlevi tidak mengizinkan perempuan mengenakan jilbab di depan umum.
Banyak orang Iran melakukan pembelian barang lewat internet – saat mencari model-model unik laksana jaket Marilyn Monroe ini. Khosravi mengatakan: “Desainer muda mempublikasikan pakaian mereka dengan gampang di Facebook atau Instagram dan menjualnya dari rumah.”
Perempuan Iran tidak sedikit mengeluarkan uang guna penampilan mereka. Operasi plastik booming. Setiap tahun, dilaksanakan 60.000-70.000 operasi hidung di Iran – lebih tinggi jumlahnya dibanding negara-negara beda di dunia. Fotografer Samaneh Khosravi mendampingi pemudi Iran yang hidungnya dioperasi, katanya: “Dia paling senang dengan hasilnya.”
Dari statistik ditemukan, angka operasi hidung di Iran masing-masing tahun meningkat. Tampak seorang gadis muda masih dengan perban di hidung berjalan-jalan di Taman Kota Mashhad, melihat-lihat kerajinan tangan,
“Kecantikan model Barat memainkan peran yang sama pentingnya dengan tradisi,” ujar Khosravi. Fashion di Iran diprovokasi oleh campuran tradisi dan modernitas ini.
Bahkan layanan kecantikan dapat dilakukan di rumah. Dalam potret tampak seorang penata rambut mencabuti rambut-rambut halus pelanggannya dan mengecat rambut mereka. “Semakin tidak sedikit perempuan yang hendak mengecat rambut menjadi pirang,” kata fotografer Khosravi.
Samaneh Khosravi pun mengunjungi salon keelokan besar di Iran. Di sana, perempuan dapat lebih bebas, sebab laki-laki tidak diizinkan masuk ke salon ini. Banyak wanita Iran memandang perawatan keelokan kuku sebagai urusan penting, kata fotografer itu.
Khosravi memperlihatkan gambar yang menepis anggapan klise mengenai busana wanita Iran. “Banyak wanita dengan taat memblokir diri, namun tetap mengenakan warna-warna cerah. Beberapa kalangan beranggapan bahwa mereka tidak jarang kali berjalan dengan hijab hitam.
Gadis-gadis muda Iran terlihat berolahraga di suatu lapangan olahraga di Teheran. Kecantikan pun diselaraskan dengan kebugaran.
Terutama di kota-kota besar, kultus keelokan dirayakan. “Generasi muda telah sukses menemukan keselasaran ideal antara modernitas dan tradisi,” kata Khosravi. Meskipun demikian, mereka tetap memuliakan batasan-batasan sosial.
Penulis: ap/rzn(foto: Samaneh Khosravi)
Teknologi sebagai penyebaran wacana
Hal yang patut diacuhkan selanjutnya ialah bagaimana wanita mau memblokir tubuhnya dengan pakaian Muslimah secara sukarela. Dari sekian banyak aliran keislaman mulai dari Salafi, Tarbiah, Muhammadiyah, Kultural dan artis mempunyai gaya berjilbabnya setiap dan semakin konservatif pemahaman mengenai Islam, bakal semakin terbungkus tubuh wanita tersebut. Dari mana informasi bahwa berpakaian Islami ialah sebuah nilai yang baik? Jawabannya ialah melalui penyebaran informasi melewati media sosial salah satunya oleh Instagram yang meluangkan komunikasi tidak melulu berbentuk kalimat tapi pun gambar.
Instagram laksana media sosial lainnya berupaya menjadi penyalur di mana tiap-tiap akun/individu memproduksi sendiri kontennya dan mereka beraksi sebagai perantara guna menyebarkan. Hal yang jangan dilupakan selanjutnya ialah sistem algoritma di balik masing-masing reaksi di media sosial. Internet menulis hastag, like dan trafik kita pada konten-konten yang sudah mereka klasifikasi, untuk tersebut media sosial menyaring pos-pos macam apa yang barangkali kita sukai dan terus-terusan menayangkan artikel yang potensial untuk digemari oleh kita. Dan ini membuat sebuah circle, selain tersebut kita pun dapat memilih sendiri akun mana yang akan anda follow dan tidak sukai. Dengan demikian, media sosial yang anda saksikan masing-masing hari bukanlah satu-satunya fakta informasi, ia lebih pada akumulasi hal-hal yang memang kita hendak tahu.
Dua mahasiswi kedokteran di Universitas Kabul memperhatikan penjelasan dosen (ka) tentang suatu organ manusia. Gambar ini dipungut tahun 1962. Dulu kaum wanita aktif berkarya di Afghanistan dan tidak kendala mengenyam edukasi tinggi.
Sejak Taliban berkuasa, seluruh perempuan diharuskan mengenakan burka di tempat-tempat umum. Saat dominasi kelompok radikal tersebut runtuh seiring invasi militer Amerika Serikat, wanita dibebaskan. Tapi sampai kini cuma tidak banyak yang berani mencungkil burka.
Dua wanita berbusana canggih meninggalkan gedung Radio Kabul pada Oktober 1962. Sejak Taliban berkuasa pada dasawarsa 1990an, seluruh instansi pemerintah dipaksa memecat pegawai perempuan.
Seorang jurubicara Taliban pernah berucap, wajah wanita “adalah sumber malapetaka bikin laki-laki yang bukan muhrim.” Tidak tidak sedikit yang berubah di Afghanistan semenjak demokrasi berjejak.
Pertengahan dasawarsa 1970an wanita masih menjadi pemandangan normal di lembaga edukasi tinggi. 20 tahun lantas universitas dilarang menerima mahasiswi. Kini konstitusi baru Afghanistan menggariskan persamaan antara wanita dan laki-laki.
Empat miliar Dollar AS dikucurkan buat membetulkan situasi kaum wanita di Afghanistan semenjak 2001. Kini organisasi nirlaba Oxfam menulis sebanyak empat juta bocah wanita duduk di bangku sekolah. Namun desakan sosial terhadap wanita tidak tidak sedikit berubah.

Mahasiswi di Kabul tahun 1981 tidak jengah berkumpul dengan rekan laki-lakinya. Dua tahun sebelumnya serdadu Uni Soviet menyerbu negara itu. Invasi Soviet berujung pada sepuluh tahun perang berdarah. Setelahnya, Taliban merebut kekuasaan.
Masalah wanita di Afghanistan tidak tidak sedikit berhubungan dengan burka. Tapi kaum perempuan sampai kini masih diberi batas dalam hubungan sosial. Buat mereka terdapat aturan tak tertulis mengenai apa yang boleh dibicarakan, siapa yang boleh didatangi dan kemana seorang wanita boleh berpergian.
Sekelompok serdadu wanita Afghanistan tercebur dalam perayaan satu tahun revolusi April tahun 1979. Generasi kesatu wanita di militer ini besok akan menjadi di antara tulang punggung angkatan bersenjata baru yang disusun setelah invasi AS.
Dalam urusan ini hanya penampilannya saja yang berubah. Sejak disusun kembali tahun 2001, militer Afghanistan pulang menerima perempuan. Khatol Mohammadzai bahkan menjadi wanita kesatu yang menjangkau pangkat jendral bintang empat di Hindukush.
Penulis: Esther Felden/Rizki Nugraha
Gerak kebiasaan populer kita tidak cukup lebih ditentukan dengan sistem algoritma tersebut. Kita yang tidak memahami sistem ini dan meyakini informasi yang tersaji pada layar sebagai kebenaran satu-satunya dan laksana trending topic, urusan yang panas berganti cepat sekali. Hari ini kita menyaksikan viral cover lagu Justin Bieber – Despacito dalam bahasa Jawa padahal sejumlah hari yang lalu anda lihat viral balita gendut yang berjoget Shape of You – Ed Sheeran. Keislaman yang tumbuh nampaknya cepat sekali sebab pengaruh media sosial barangkali akan luntur, sebab keislaman itu didasari oleh nilai yang sedang berlaku sebagai trending topic. Walau begitu, tubuh wanita selalu jadi distrik utama pertarungan wacana baik yang ditentukan oleh pemerintahan maupun disebarkan melewati media sosial.
Penulis:
Nadya Karima Melati
Essais dan Peneliti Lepas. Koordinator SGRC (Support Group and Resource Center on Sexuality Studies). Tertarik pada topik sejarah sosial, feminologi dan seksualitas.
@Nadyazura
Setiap artikel yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
Lirik lagu Despacito, yang dinyanyikan biduan Luis Fonsi, dalam bahasa Spanyol. Partai Islam Amanah yang mengecam lagu tersebut berargumentasi, “banyak anak kecil mendendangkan lagu tersebut tanpa memahami kata-katanya.
Tapi sebanyak orang Malaysia berkomentar di media sosial, bahwa terdapat lagu-lagu beda yang pun cabul namun lolos sensor, sebab liriknya terlihat tidak berbahaya. Misalnya “Milkshake” oleh Kelis, “Whistle” oleh Flo Rida, atau hit tahun 1997 “Barbie Girl” oleh Aqua.
Sejumlah situs pun memberikan susunan lagu yang usahakan ditarik dari susunan pemutaran sebab sering tersiar diputar di media. Misalnya “Bang Bang” oleh Ariana Grande, Jessie J and Nicki Minaj. Sebuah website menambahkan daftar untuk lagu ini: “bukan mengenai tembakan senjata.”
Sensor tidak melulu terbatas sebab isi yang “berbau” seks, narkotika, alkohol atau tidak senonoh. Kata-kata “Mazel Tov”, yang dalam bahasa Ibrani berarti “semoga beruntung” disensor di Malaysia dari lagu band Black Eyed Peas yang berjudul “I Gotta Feeling.” Penyebabnya: Malaysia tidak mengakui negara Israel, tidak punya hubungan diplomatis dan tidak mengizinkan warganya untuk berangjangsana ke Israel.
Kata-kata Halleluyah dalam lagu Justin Bieber “As Long As You Love Me” pun jadi korban sensor Malaysia. Tapi lagu “Take Me To Church” oleh Hozier boleh diputar. Sebuah website online mengutip ucapan seorang mantan DJ radio kepunyaan negara yang mengatakan, andai liriknya “rancu” dapat lolos dari sensor.
Lagu Lady Gaga yang berjudul “Born This Way”, yang liriknya antara beda berbunyi: “tidak peduli homoseksual, heteroseksual atau bi, lesbian, transgender, aku dalam jalan yang benar” dinilai “menghina andai dipandang dari sisi ketaatan sosial dan agama.” Itu pernah menyulut kemarahan si penyanyi, pun kelompok LGBT di Malaysia.
Tahun 2011, Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia tidak mengizinkan “Undilah” (yang bermakna “pergi berikan suara”) sebab isinya dinilai “menghina segmen-segmen masyarakat tertentu. Lirik lagu ini ialah campuran bahasa Malay, Inggris dan Mandarin. Videonya memperlihatkan sejumlah figur lokal (dan sejumlah politisi oposisi), dan isinya mendorong rakyat guna mendaftarkan diri dan menyerahkan suara.
2004 lagu-lagu Malaysia yang mengandung lirik dalam bahasa Inggris dilarang sesudah pemerintah dikritik dan dituduh memperbolehkan mereka “mencemari keaslian dan kebersihan bahasa Malaysia.” Ironisnya, sensor terhadap Despacito menyulut tumbuhnya cover version dan parodi, contohnya lagu berjudul “Incognito”, lagu lucu versi Malaysia tentang lelaki yang diputus pacar (foto). Penulis: Brenda Haas (ml/hp)
Desain Baju Brokat Untuk Orang Gemuk Apa – Desain Baju Brokat Untuk Orang Gemuk Apa