Masih saja ada salah satu jemaah yang terkadang tak mengetahui sepenuhnya peraturan pelaksanaan ibadah umrah sampai akhirnya tak sadar andai mereka telah melakukan kesalahan.

Dream – Menginjakkan kaki di Tanah Suci untuk mengemban ibadah umrah pasti menjadi khayalan setiap muslim. Ibadah ini menjadi pilihan pilihan bagi mereka yang belum berpeluang melaksanakan ibadah haji.
Apalagi dengan antrean calon pendaftar haji di Indonesia yang memakai sistem kuota yang telah menyentuh masa-masa belasan tahun.
Ada tidak sedikit aturan yang mesti ditaati oleh semua jemaah umrah selama mengemban perjalanan umrah, mulai dari berangkat, dalam penerbangan sampai menjalani serangkaian kegiatan ibadah di Mekah dan Madinah.
Sayangnya, masih saja ada salah satu jemaah yang terkadang tak mengetahui sepenuhnya peraturan pelaksanaan ibadah umrah sampai akhirnya tak sadar andai mereka telah melakukan kesalahan. Seperti sejumlah kesalahan umum inilah yang sering tak disadari oleh semua jemaah wanita.
1. Berpikir bahwa ihram mereka ialah ‘topi’ yang dikenakan di atas kepala
Beberapa muslimah tidak tahu apa dengan kata lain Ihram dan mereka pikir itu ialah ” topi” yang mereka gunakan di kepala. Mereka tidak berani melepasnya untuk dalil apapun sebab mereka beranggapan akan ” mengurungkan Ihram mereka” .
Kata Ihram dipungut dari bahasa Arab, dari kata ” Al-Haram” yang bermakna terlarang atau tercegah. Dinamakan Ihram sebab seseorang yang masuk untuk ‘kehormatan’ ibadah haji dengan niatnya, dia dilarang berbicara dan beramal dengan hal-hal tertentu, laksana jimak, menikah, berucap perkataan kotor, dan lain-sebagainya.
Dari sini dapat dipungut satu pengertian syari bahwa Ihram ialah salah satu niat dari dua ibadah (yaitu haji dan umrah) atau kedua-duanya secara bersamaan. Ketika kita memasuki suasana Ihram tidak berarti bahwa kita tidak dapat melepasnya nanti. Dan ketika melepas kainnya tidak berarti bahwa Ihram kita berakhir. Itulah kenapa ulama menuliskan bahwa saya dan anda bisa mengubah Ihram (yang berarti ‘pakaian kami’), dan bahkan mencuci andai mendapati kotor.
2. Khawatir rambut rontok
Beberapa perempuan mempunyai kekhawatiran andai rambut mereka rontok sekitar Ihram. Begitu khawatirnya sampai-sampai mereka tidak melepas jilbab mereka dan tidak inginkan melepas ” topi” mereka ketika berwudhu.
Ini ialah godaan dari setan. Pikirkan mengenai hal ini. Jika kita tidak mengerjakan wudhu dengan benar, akankah doa kita menjadi sah? Apakah Thawaf kita sah? Apakah Anda beranggapan bahwa Allah bakal menghukum manusia dampak dari sesuatu tindakan yang d iluar kendalinya? Tidak, pasti saja tidak.
Dia ialah Yang Maha Penyayang. Dia ialah Maha Pengampun. Lalu, kenapa Ia akan mengurungkan Ihram Anda melulu karena sejumlah rambut yang rontok (yang tidak disengaja)? Larangan tentang rambut melulu berlaku guna rambut yang sengaja dipotong, dicabut, atau dipotong dengan sengaja.

3. Melakukan Tahalul melulu untuk seseorang yang telah berlalu Ihram
Banyak wanita beranggapan bahwa melulu orang yang berlalu Ihramlah yang dapat mencukur rambut mereka. Dan mereka menampik untuk mencukur rambut mereka sendiri guna Tahalul. Ini ialah pendapat yang salah. Sebenarnya, Anda diinginkan untuk mencukur rambut kita sendiri saat Tahalul.
Nabi SAW menyuruh para sahabatnya, sekitar Haji Wada: ” Biarkan dia mencukur (artinya, sendiri rambutnya kemudian terbit Ihram.” (Al-Bukhari, Muslim)
4. Tidak pergi ke Jamarat atau Muzdalifah
Beberapa dari jemaah haji mendelegasikan untuk jemaah haji beda untuk mengerjakan lempar Jumroh atas nama jemaah beda tanpa dalil yang sah. Dengan dalil takut keramaian atau fobia berdesak-desakan, mereka tidak mengetahui pentingnya mengerjakan lempar Jumroh oleh diri sendiri.
Allah sudah memberkati anda dengan kesehatan. Kebanyakan jemaah masih muda, energik, percaya diri, dan dapat melakukan apa saja saat berada di rumah, namun saat datang ke Jamarat, seluruh tiba-tiba menjadi ” lemah” , padahal melulu untuk melempar kerikil saja.
5. Berkerumun dengan laki-laki
Waspadalah ketika berkerumun dengan laki-laki pada seluruh tahapan ibadah umrah, seperti ketika Thawaf, menghirup Hajar Aswad, sekitar Sa’i atau saat melempar Jumroh. Pilih masa-masa yang aman dan luang.
Menyentuh Hajar Aswad ialah sunnah yang indah, namun itu ialah sekadar sunnah. Sementara mengayomi diri dari kontak yang tidak butuh dengan seluruh yang bukan mahram laki-laki ialah fardhu.
Selengkapnya baca di sini.
Garuda Indonesia Sediakan Layanan Penerbangan Haji Khusus dan Umroh

Siap-Siap, Biaya dan Harga Paket Umroh Bakal Naik!
PSBB Transisi Kembali Diterapkan DKI, Taman Margasatwa Ragunan Buka Lagi
Contoh Model Gamis Haji – Contoh Model Gamis Haji