Pasca bercerai dari sang suami, Ayu menyatakan pintu rezekinya tertutup. Berbagai usaha tak pernah membuahkan hasil. Banyak faktor. Salah satunya dia merasa dampak belasan tato di sekujur tubuhnya. Wanita keturunan Brebes, Jawa Tengah ini terus merenung. Hatinya gundah. Banyak stigma negatif menerpa. Semua dampak tato.

Dalam renungan, Ayu merasa malu. Usianya semakin dewasa. Akhirnya dia menyimpulkan hijrah. Mendekatkan diri untuk Tuhan. “Makin dewasa kian malu liat tato kian banyak, jadi jajaki perbaiki diri,” kisah Ayu untuk Media Jumat dua pekan lalu.
Niat hijrahnya dibuka dengan menggunakan kerudung. Menutup seluruh aurat. Lambat laun, kerudungnya diganti jilbab. Seperti ketika bertemu kami di klinik keelokan dalam komplek Apartemen Habitat, Karawaci, Banten. Dia tengah mengekor program hapus tato cuma-cuma digagas Gerak Bareng Community. Ayu menggunakan gamis hitam dan kerudung terjuntai sampai menutup beberapa tubuhnya. Tutur katanya tersiar bijaksana. Ayu tak malu mengungkap sedikit cerita hidup masa lalunya.
Ayu menyatakan mengenal dunia tato semenjak dua tahun lulus SMA. Tak sempat menikmati kuliah. Setelah menemukan ijazah, Ayu memilih bekerja. Akhir September 2011 Ayu menyimpulkan menato punggung kanannya dengan gambar bunga mawar. Tak ada arti khusus dari gambar itu.
Sensasi suara mesin tato bak candu. Tusukan jarum tato tak menciptakan Ayu kapok. Justru semakin ketagihan. Dari hasil kerjanya, Ayu meningkatkan tato di unsur tubuhnya lain. Bila diuangkan, Ayu menyatakan telah menguras lebih tidak cukup Rp 27 juta. “Dari situ kecanduan, sebab sekali gunakan tato tersebut nagih.”
Sisi pergaulan Ayu kala tersebut memang liar. Bebas. Hingga menjadi pemadat. Hampir seluruh jenis narkoba dicobanya. Hanya putau tak pernah disentuhnya. Dalam lingkungan pergaulannya ‘haram’ memakai putau. Sebab efek sampingnya dirasakan paling berbahaya.
Ayu sudah menyesali masa lalunya itu. Memilih hijrah. Merasa lebih baik dengan membuka usaha online shop di bidang kuliner.
Cerita serupa pun datang dari Novi ketika kami berada di tempat tersebut. Wanita tersebut bercadar. Dia pun mempunyai masa kemudian kelam.
Memiliki kegemaran gambar semenjak masih kecil menciptakan Novi tertarik menato tubuhnya semenjak usia 15 tahun. nama dirinya di unsur punggung menjadi tato kesatu. Lagi-lagi tato menjadi candu. Perempuan 19 tahun tersebut ketagihan. Dan menato tubuhnya dengan gambar-gambar kartun. Seperti pada jari-jemarinya.
“SMA baru buat tato di punggung nama sendiri, terus kok enggak sakit. Ya telah nambah terus sampai sejumlah ini,” ungkap Novi malu-malu. Kehidupannya pun bebas.
Seiring berjalannya waktu, dia mulai berpikir. Tak inginkan selamanya liar. Apalagi ketika stigma negatif di masyarakat sebab bertato membuatnya dikucilkan di lingkungan rumahnya. Narkoba bahkan sempat menjerat saat usia masih belia. Beruntung dia akhirnya dapat berhijrah.
Fenomena sosial media menjadi sala satu hal hijrahnya Novi. Aktif di sekian banyak sosial media menciptakan Novi terinspirasi. Terutama soal unggahan mengenai penghormatan wanita, pernikahan dan hijab. Novi hendak berubah. Begitu harapannya.
Perubahan diharapkannya terwujud. Semua berawal ketika Novi disuruh kekasihnya guna ke majelis taklim. Saat tersebut dia dia datang memakai kerudung biasa, sedangkan jemaah lainnya memakai kerudung besar dan bercadar. Awalnya Novi merasa minder dan tak percaya diri. Dia cemas keberadaannya diasingkan. Namun sekian banyak kekhawatiran tersebut sirna. Justru Novi menjalin komunikasi. Rekannya di majelis taklim menyambut hangat.

“Seminggu lantas lihat orang gunakan cadar kok enak. Selangkah lagi deh nih, step by step akhirnya gunakan (cadar) pas mula bulan puasa,” ungkap Novi.
Cerita lainnya datang dari mantan tato artis. Sandi Widodo. Pria asal Serpong, Tanggerang Selatan, akrab disapa Aki. Pertama kali menato tubuhnya tahun 2006 silam. Kala tersebut dia menato tubuhnya lantaran hendak menirukan semua idolanya.
Hidup di tengah family religius membuatnya tidak jarang kali mendapatkan pertentangan. Ayahnya sering mengingatkan Sandi bahwa agama melarang insan menato tubuhnya. Tak tahan, Sandi juga memilih meninggalkan lokasi tinggal dan hidup di luar secara bebas.
“Saya lantas ketemu sama temen saya dan belajar tato. Waktu tersebut belajar tato dimarahin,” kisah Sandi.
Sandi menyatakan sempat menyantap kursi edukasi tinggi di kampus swasta di Jakarta. Namun, jiwanya kala tersebut lebih senang seni dan musik. Akhirnya menyimpulkan untuk terbit dan memilih kursus desain grafis. Hingga pada tahun 2009 Sandi menyimpulkan menjadi tato artis. Setelah 1,5 tahun bekerja di studio tato di Jakarta, Sandi menyimpulkan kembali ke lokasi tinggal orangtuanya dan menciptakan studio tato.
Sekitar tahun 2012, dia menemukan tawaran bekerja di studio tato di Denpasar, Bali. Pergilah Sandi ke Pulau Dewata. Surga semua wisatawan dari dalam dan luar negeri. Apalagi kian ke sini, tato tak lagi dirasakan sebuah seni sakral. Justru menjadi gaya hidup.
“Tato tersebut sesuatu yang sakral, orang punya tato tersebut karena gambarnya punya makna. Tapi kini (tato) kaya enggak terdapat harganya lagi, nilai seninya telah enggak terdapat sama sekali,” ungkapnya untuk kami ketika dihubungi.
Selama bekerja di Bali, dia mulai menikmati hatinya hampa walau mempunyai karier cemerlang. Materi juga berlimpah. Selama bermukim di Pulau Dewata, Sandi menyatakan jarang mendengar suara azan. Maklum, muslim di Bali kelompok minoritas. Padahal saat tersebut Sandi menyatakan jarang mengemban ibadah sebagaimana umat muslim lainnya.
Berbagai kegelisahannya tersebut membawa Sandi kesudahannya kembali ke Serpong. Sepulangnya dari Bali, dia mulai mempelajari agamanya kembali. Berbagai kajian diikutinya. Sandi pun mulai menjalankan ibadah salat secara sembunyi. Sebab saat tersebut masih menjadi tato artis dan dia merasa malu bila teman-teman atau keluarganya tahu dirinya telah mulai salat.
Melaksanakan ibadah secara sembunyi-sembunyi dan tetap menjadi tato artis menciptakan dia merasa terdapat perasaan ganjal di hatinya. Dia menceritakan sekian banyak keresahannya untuk sang guru ngaji.
“Rezeki saya tidak jarang kali ada, namun ini sesuatu yang dilarang agama, ini rezeki dari mana. Lalu saya dateng ke kajian tanya ke guru ngaji. Katanya tersebut istikraj, yakni jebakan dari Allah, namun dijauhkan dari berkahnya Allah,” kata Sandi menirukan perkataan gurunya.
Akhirnya di tahun 2014, Sandi menyimpulkan untuk meninggalkan dunia tato. Ditutuplah studio tato di rumahnya. Namun, jalan hijrahnya tak berlangsung mulus. Tato di sekujur tubuhnya menciptakan dia merasa susah mendapatkan pekerjaan. Bahkan pernah dalam sejumlah bulan Sandi sempat tidak bekerja. Lalu dia mulai mengupayakan menjadi tukang ojek online sampai akhirnya dia pulang membuka studio sablon. Keahlian lainnya di samping menato.

Bersyukur Sandi sukses hijrah. Lalu menikah dengan seorang perempuan dijodohkan guru mengajinya. Di umur pernikahannya baru 3 bulan, Sandi bareng istrinya mengolah studio tato di rumahnya menjadi penghapus tato. Kini dia mempunyai dua buah mesin laser penghapus tato untuk dipakai secara cuma-cuma. Terutama untuk mereka sudah berhijrah dan tak punya uang guna menghapus tato dengan laser.
Langkah ini untuk Sandi guna menebus dosa-dosanya pernah merajah tidak sedikit orang. Dia paling merasa bersalah telah menato tidak sedikit orang. Kini, di lembaran barunya, Sandi memilih menjadi tukang sablon dan penghapus tato gratis. Namun, Sandi tak tergabung dalam Gerak Bareng Community.
Kami sempat menyaksikan langsung bagaimana proses penghapusan tato. Diselenggarakan Gerak Bareng Community. Terdengar surah Alquran diucapkan para peserta. Lantunan ayat suci berasal dari mulut Makmun. Kakek umur 67 tahun ini fasih membaca surat Ar-Rahman ketika lengan kanannya ditembak sinar laser penghapus tato. Tak tampak wajah kesakitan. Matanya melulu tertuju pada sebuah kitab kumpulan ayat di tangan kirinya.
Sudah 53 tahun kakek Makmun mempunyai dua tato di kedua lengannya. Pada lengan kanan ada gambar suatu jangkar perahu. Awalnya gambar tersebut terlihat jelas. Keriput di kulitnya menciptakan gambar menjadi pudar. Bahkan kakek Makmun mengira gambar di lengannya adalah sepasang sayap burung.
“Ini gambar sayap atau apa yah, saya pun enggak tahu,” kata Makmun untuk kami saat menantikan krim anastesi di lengannya kering.
Sementara di lengan kirinya tersebut ada sisa gambar keris sudah dihapus dengan teknik tradisional. Makmun menyatakan selama hidupnya merahasiakan eksistensi dua tato di tubuhnya dari ketujuh anaknya. Sebab dia merasa malu mempunyai tato yang tak pernah diharapkannya itu.
Saat Makmun menyimak surat Ar-Rahman, lengan kanannya tengah ditembaki laser guna menghilangkan tato. Sinar laser tersebut ditembaki langsung ke unsur tubuh Makmun yang bertato. Sinar itu ditunjukkan langsung dan mengekor pola tato di lengan makmun.
Suasana haru terasa jelas ketika Makmun melantunkan ayat-ayat Alquran. Beberapa terapis dan peserta terapis terlihat ikut menyimak ayat dibaca Makmun. Sesekali salah satu mereka mengoreksi bacaan Makmun. Raut wajahnya Makmun tampak jelas bahwa dia hendak menghapus dua tato tak pernah diinginkannya itu.
Cerita berawal saat dirinya berusia 14 tahun. Saat remaja dia mempunyai seorang teman mempunyai nama Suharto. Rekannya tersebut dikenal berpengalaman membuat tato. Bahkan, kata dia, Harto mempunyai tato di keningnya hasil produksi sendiri.
Bujukan Harto membuatnya luluh. Saat itu, Harto berjanji bahwa tato hanya mempunyai sifat sementara karena melulu menggunakan arang gidir, di antara bahan alami menciptakan tato. Paling lama dapat bertahan melulu dalam masa-masa dua minggu. Mendapatkan keterangan itu, Makmun terbujuk. Pasrah memberikan lengan kanannya guna digambar jangkar kapal menyeluruh dengan rantainya.
“Sudah beres yang ini, terus dia bilang, ‘masa Cuma satu, jelek. Satu lagi biar keren’,” ujar Makmun menirukan rayuan Harto ketika itu.
Makmun juga kembali pasrah ketika lengan kirinya pulang dirajah Harto dengan gambar sebilah keris. Sebab Makmun percaya gambar di tubuhnya itu akan hilang dalam masa-masa dua minggu. Proses penciptaan tato tersebut tak lama, selama dua jam. Gambar di kedua lengannya tersebut tak langsung terlihat. Saat tersebut dia menyatakan lega lantaran tato tersebut tak berwujud.
![Pola Jiplak Gamis Anak Laki Laki Usia 12 Sampai 112 tahun [ Bukan Pakaian ] Pola Baju Jamblang Studio](https://id-test-11.slatic.net/p/4b69d5e57a91ccffcb31f9214dda7783.jpg)
Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menghapus tato di kedua lengannya itu. Namun upayanya tak pernah berhasil. Kedua orangtuanya sempat marah saat memahami dia mempunyai tato. Dia kesudahannya merasa tertipu bujukan Harto. Temannya tersebut pun menghilang entah ke mana.
“Nyesel, dibohongin. Katanya hanya seminggu tapi justeru sampai sekarang,” ungkapnya kesal.
Rasa sesal tersebut sempat menciptakan dirinya nyaris frustasi. Setelah lulus SMP dia melamar kegiatan menjadi supir bus Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Saat menciptakan sim B1 dia diminta guna dokter untuk mencungkil pakaiannya. Tato di lengannya tampak dengan jelas. Dia nyaris saja tak lolos seleksi lantaran dua tato tersebut. Namun, dokter memeriksanya mempercayai Makmun bukanlah orang jahat dan meloloskan langkah tersebut.
Puncak rasa malu tak tertahan kala dia berpeluang menjalankan ibadah haji tahun 20014 silam. Tato bergambar keris tersebut telah dihapus dengan teknik tradisional oleh seorang kenalan di wilayah Senen, Jakarta Pusat. Namun satu tato bergambar jangkar masih jelas terlihat walau kulitnya tak lagi sekencang dulu. Bagi menutupi tato di lengan kanannya. Lalu dia mengalihkan ihram unsur kanan. Sementara lengan kiri tidak dipedulikan terbuka.
Cara ini rupanya menemukan teguran dari pembimbingnya. Makmun pun mengindikasikan tato di lengan kanannya. Dia menyatakan malu mengemban ibadah haji dengan tato yang di tubuhnya. Namun sang pemandu pun mengindikasikan tato di lengan kirinya.
“Enggak apa-apa saya pun masih terdapat nih,” kata dia menirukan ucapan pemandu haji.
Melihat itu, keyakinan diri Makmun tumbuh. Namun, rasa malu mengungguli dirinya. Bagi itu, dia sering memilih waktu guna tawaf masing-masing malam. Saat tak tidak sedikit orang mengemban ritual ibadah haji. Namun ketika dirinya mesti menjalankan ibadah di siang hari, dia tidak jarang kali mendekati orang lebih tinggi darinya guna menutupi tato di lengannya.
Makmun menyatakan selama hidupnya tak tidak sedikit orang tahu dia mempunyai tato di tubuhnya. Pun dengan ketujuh anaknya. Istrinya bahkan baru memahami tato tersebut setelah menikah. Istrinya sempat kecewa menyaksikan suaminya ternyata mempunyai tanda produksi manusia. Karena itu, sekitar hidupnya, Makmun tidak jarang kali menutupi kedua lengannya dengan tak pernah memakai kaos tanpa lengan termasuk ketika ada di rumah. Dia cemas bila anaknya tahu bila ayahnya mempunyai tato jadi malu.
“Itu dia Engkong dari dulu malu. Makanya engkong enggak pernah buka baju (di depan orang) fobia disangka preman,” ungkapnya.
Di usianya tak lagi muda ini, kesudahannya dia memberanikan diri guna meminta di antara anaknya bekerja sebagai perawat di lokasi tinggal sakit di Yogyakarta. Kepada Latif, anak bungsunya, dia menunjukkan tato di lengan kanannya. Dia juga bertanya apakah dapat tato itu dihapus dari tubuhnya.
Latif diketahui mengikutsertakan ayahnya guna ikut menjadi peserta hapus tato gratis diadakan Gerak Bareng Community. Berkat upaya latif memohon untuk panitia pelaksana untuk menyerahkan kesempatan untuk ayahnya menghapus tato dengan memakai laser secara cuma-cuma.
Founder Gerak Bareng Community, Ahmad Zaki, kesudahannya menerima permintaan anak bungsu Makmun. “Engkong ini tergolong peserta eksklusif yang datang jauh-jauh dari Jogja sebab untuk ketika ini anda baru buka di sekitaran Jabodetabek,” cerah Zaki untuk kami.
Zaki menuliskan setoran hafalan Alquran adalah salah satu cara supaya peserta tak konsentrasi dengan tembakan laser. Beragam reaksi dikeluarkan semua peserta. Kebanyakan meringis sampai kaget ketika tembakan kesatu. [ang]
Cara Membuat Pola Baju Gamis Anak Laki Laki – Cara Membuat Pola Baju Gamis Anak Laki Laki